KONEKSI HATI DENGAN SANG KHALIK DALAM IBADAH HAJI
Oleh : Ardiansyah Parman
Koneksi
menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah hubungan yang dapat
memudahkan (melancarkan) segala urusan (kegiatan). Dalam istilah
sehari-hari koneksi sering disebut dengan “hubungan” sering juga disebut
dengan “nyambung”. Ketika suatu hubungan sudah terkoneksi dengan baik
atau sudah nyambung, maka akan menghasilkan suatu energi dan sinyal yang
baik pula, yaitu antara sumber sinyal dan penerima sinyal.
Ibadah
adalah bentuk koneksi yang menghubungkan antara Allah dan hamba-Nya,
termasuk ibadah haji dan umrah. Dengan terpeliharanya koneksi dengan
Allah, maka kita akan mendapatkan energi positif dari ibadah yang kita
kerjakan, baik dalam bentuk pelajaran hidup, ketenangan hati,
ketentraman jiwa, keshalihan sosial dan lain sebagainya. Berikut ini
adalah beberapa faktor yang perlu dirawat dalam mengerjakan ibadah haji
dan umrah, sehingga hati kita mampu terkoneksi dengan Allah secara baik.
1. Meluruskan Niat
Meluruskan niat, hendaknya melaksanakan haji diniatkan karena Allah semata. Allah Ta’ala berfiman “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah semata”. (QS. Al-Baqarah/2: 196)
Dari
ibadah haji, dapat diperoleh berbagai “pelajaran hidup”, yang salah
satunya adalah dengan cara napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim, Nabi
Muhammad dan keluarga serta para sahabatnya. Sehingga selama di tanah
suci itu terjadi perenungan-perenungan untuk memperoleh pelajaran.
Mudah-mudahan
keikhlasan dan kegigihan perjuangan beliau-beliau itu (Nabi Ibrahim,
Nabi Muhammad dan keluarga serta para sahabatnya) bisa menular kepada
kita, dan kita dapat terapkan dalam kehidupan sehari hari. Jadi,
melaksanakan ibadah haji bukan karena ingin memperoleh predikat/gelar
haji atau hajah, kemudian menempatkannya di depan nama, sekali lagi
bukan itu. Nabi Muhammad dan para sahabatnya serta ulama yang terdahulu
telah mengerjakan haji, bahkan berkali-kali tapi tidak pernah mereka
menggunakan tambahan haji atau hajjah di depan namanya. Kewajiban ibadah
bukan hanya haji, banyak ibadah dalam bentuk lain bahkan segala
aktivitas kehidupan kita yang dilakukan dengan cara yang benar,
bermanfaat bagi orang banyak dan tidak melanggar syariat, itupun
termasuk ibadah.
Melaksanakan
haji dan umrah adalah karena ingin “Mengikuti Agama Ibrahim”, yang inti
ajaranya ada 3, yaitu: pertama, menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah SWT; kedua, melakukan kebaikan-kebaikan; dan yang ketiga adalah
mengikuti agama yang lurus, yaitu agama Ibrahim. Allah SWT berfriman “Dan
siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan,
dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayangan-Nya” (QS. Annisaa'/4: 125)
2. Memahami Inti Ibadah.
Fitrah
manusia adalah beribadah, tidak beribadah maka akan membuat galau dan
gelisah. Allah telah memberikan peta jalan kehidupan menuju Allah semata
dan Al-Quran memberi petunjuk. Inti dari semua ibadah adalah dzikir.
Dzikrullah sebagai amalan yang paling besar dibandingkan dengan segala
ibadah. "
..dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah itu lebih besar (keutamaannya
dibandingkan ibadat apapun yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan." (QS. Al Ankabuut: 45).
Mengingat
Allah adalah pelajaran puncak dalam spiritualitas Islam. Berzikir bukan
hanya bermakna mengucapkan kalimat zikir, melainkan menghadirkan Allah
dalam seluruh kesadaran kita. Apapun yang sedang kita lakukan , tak
pernah lepas dari interaksi dengan Nya. Diperintahkan kepada kita untuk
berdzikir sebanyak-banyaknya (QS. Al-Ahzab/33: 41).
Mengingat
Allah dalam segala keadaan: sedang berdiri, duduk, maupun berbaring.
Berdzikir dalam segala kondisi makan, minum, mandi, berkendaraan,
bekerja, berolah raga, menuntut ilmu dan segala macam kegiatan
sehari-hari termasuk saat beristirahat ataupun tidur, semuanya tak
pernah lepas dari dzikirullah yaitu menyambungkan hati kepada Allah.
Allah berfiman yang artinya “(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka” (QS. Ali Imran/3: 191).
3. Memperbanyak Dzikir
Hendaknya
dalam mengerjakan ibadah haji menggunakan perasaan, bukan logika dan
rasionalitas. Jangan sibuk dengan buku catatan dan hitungan ketika
thawaf dan sa’i, sehingga konsentrasi kita menjadi hilang, energi
positif di sekitar ka'bah tidak diperoleh secara maksimal. Karena kita
hanya fokus pada bacaan tapi kurang penghayatan, maka tidak nyambung,
frekwensi belum match. Sehingga hati kita tidak bergetar dan tidak
berhasil berkomunikasi dengan Allah SWT. Adapaun bentuk dzikir yang
dapat kita amalkan dalam ibadah haji adalah :
- Memperbanyak istighfar, “Astaghfilrullaahal azdiim”. Dengan setulus hati dan dengan kerendahan jiwa mohon ampunan-Mu kepada Allah agar dibersihkan dari segala dosa dan salah.
- Memperbanyak tasbih, “Subhaanallaah, Maha Suci Engkau Ya Allah”. Mengagungkan Allah, yaitu kagum atas kehebatan Allah. Orientasi kepada sifat Allah, diantaranya adalah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Paling Baik. (QS. Alhasyr/59: 24) dan apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (QS. Al Israa/17: 44, Ar-Ra’du/13: 13, An-Nuur/24: 41)
- Memperbanyak tahmid, “Alhamdulillaah”. Berterimakasih kepada Allah, mengakui dominasi-Nya. Orientasinya adalah bergantung kepada Allah. Kebanyakan kita adalah kurang bersyukur. (QS. Al-A’raaf/7:10, Yaasiin/36:35). “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim/14: 7)
- Memperbanyak takbir, "Allaahu Akbar”. Mengecilkan diri, kita hanyalah debu dari debunya alam semesta dan bahkan lebih kecil lagi. Orientasi dari takbir adalah mengakui kepada Kekuasaan dan Dzat Allah yang meliputi langit dan bumi. (QS. Al-Baqarah/2: 255). Allah meliputi kepada segala sesuatu. (QS. An-Nisaa/4: 126)
- Memperbanyak tahlil, “Laa Ilaaha Illallaah, Muhammadur Rasuulullaah”. Berserah diri kepada Allah, meniadakan diri dan jangan menyembah kepada selain Allah karena yang berhak disembah hanya Dia. Kita meyakini bahwa setiap sesuatu pasti binasa dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan (QS. Al-Qashash/28: 88)
- Memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.
- Memperbanyak doa. Berdoalah dengan khusuk untuk kebaikan orang tua, untuk kebaikan keluarga, kebaikan unt bangsa dan negara serta berdoalah agar kita selamat dunia dan akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar