Rabu, 22 Agustus 2012

HIKMAH RAMADHAN


Enggan Berbagi Berarti Menyiksa Diri
Oleh : Ardiansyah Parman (Ketua KWKS Jabodetabek)

Dibulan ramadhan,  dimana Alquran diturunkan. Di bulan yang penuh berkah ini perbanyak membaca AlQuran dengan berharap pemahaman kita terhadap kandungan Alquran lebih baik dan mendalam. Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan petujuk jalan yang terang agar kita mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat.
Sebagai contoh, 4 bulan yang lalu telah kita bagikan dan menempatkan kotak tisu-amal dimeja kerja para pejabat maka pemasukan dari infaq dan sedekah meningkat dari rata2 Rp 12 juta perbulan menjadi Rp 20 juta perbulan. Dengan demikian kita telah dapat memberikan bantuan pendidikan berupa bea siswa kepada 50 anak pegawai Kemendag yang berpenghasilan rendah. SD terima Rp 2 juta, SMP Rp 3 juta, SMA Rp 4 juta dan Mahasiswa Rp 6 juta. Itu semua hasil dari mengumpulkan INFAQ dan SEDEKAH dari bapak, ibu sekalian. Selain dari infaq dan sedekah kita juga mengelola Wakaf Produktif senilaiRp 131 juta yg hasilnya juga untuk dana pendidikan. Karena keyakinan bahwa dengan pendidikan yang baiklah maka perubahan kehidupan kearah yang lebih baik akan terjadi di negeri tercinta ini.
Potensinya kita untuk membantu besar. Bapak Menteri Perdagangan dalam sambutannya ketika buka bersama 230 anak-anak yatim dan pegawai Kemendag tg 14 Agustus 2012 menyampaikan bahwa jika saja tiga ratus orang atau 10% dari jumlah pegawai Kemendag menyisihkan dari rezekinya sebesar Rp 50.000 setiap Jum'at maka akan terkumpul Rp 60 juta perbulan. Dengan demikian kita dapat tingkatkan tiga kali lipat atau 150 anak miskin yg dapat diberikan bantuan dana pendidikannya. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.
Pada kesempatan yang baik ini, ijinkan saya untuk berbagi informasi  yaitu:
  1. Bagaimana mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin. Bagaimana mencegah terjadinya konsentrasi kekayaan berada hanya pada orang-orang atau golongan tertentu. Mengurangi kemiskinan dan menyantuni anak-anak yatim. Bagaimana Islam menjawab persoalan2 seperti itu?.
  2. Sesungguhnya Peringatan dan petunjuk telah diberikan. Pedoman telah digariskan melalui Alquran, tinggal kita laksanakan secara benar dan konsisten. Sebagaimana dijelaskan diberbagai ayat dalam Alquran bahwa hanya orang-orang yg mau berfikir dan menggunakan akal yg dapat mengambil pelajaran.

Jawabannya adalah ZAKAT, INFAQ dan SEDEKAH dari mereka-mereka yang dengan ikhlas dan niat hanya karena Allah semata.

Alquran harus menjadi sumber petunjuk dan inspirasi bagi kehidupan keseharian kita. Jangan hanya sebagai bahan bacaan tanpa merenungkan isinya. Apalagi hanya sekedar dilagukan dengan indah. Atau, di waktu yang lain sekedar dijadikan bahan perlombaan khatam membaca Alquran.
Padahal sejak turunnya Alquran, Allah telah menginformasikan kepada kita bahwa AlQuran adalah petunjuk yang harus "dibaca" dengan kepahaman. Dengan Alquran itulah Allah mengajari manusia tentang segala hal yang tidak diketahuinya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Alaq (96): 1-5.
QS al alaq 96:1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, 96:2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 96:3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 96:4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. 96:5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dan pada surat Al Qiyamah (75): 16-19  diingatkan:
(75): 16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. 75:17. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 75:18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 75:19. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.
Jadi kita harus dijadikan Alquran rujukan utama. Alquran adalah petunjuk dalam menjalani drama kehidupan. Kita akan menjalani 5 fase kehidupan sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Baqarah : 28.
2:28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?

Kita kembali kepada zakat, infaq dan sedekah (ZIS). Berikut sedikit gambaran tentang makna Zakat, Infaq dan Shadaqoh. Sebenarnya perbedaannya hanya terletak pada penekanan makna saja.
- Infaq bermakna umum: membelanjakan harta,
- sedekah lebih khusus: memberikan kepedulian kepada mereka yang sedang membutuhkan, sedangkan
- zakat bermakna 'membersihkan' harta dari hak orang lain dan 'mensucikan' jiwa kita dari rasa keduniawiaan yang berlebihan.

1.    Infaq berasal dari kata na-fa-qa yang bermakna : ‘membelanjakan harta’. Jadi, maknanya sangat umum, bisa berbelanja di jalan Allah (yunfiquuna amwalahum fi sabilillah), bisa juga untuk keperluan-keperluan lain yang bersifat umum. Infaq yang diniatkan di jalan Allah akan memperoleh pahala kebaikan berlipatganda, sedangkan infaq yang sekadar untuk urusan duniawi akan hilang begitu saja. Sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat berikut ini.
QS. Al Baqarah: 261
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di JALAN ALLAH adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah MELIPAT GANDAKAN bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas  lagi Maha Mengetahui.
QS. Ali Imran: 117
Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam KEHIDUPAN DUNIA ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

2.    Belanja di jalan Allah itu diantaranya, seperti yang dijelaskan oleh QS. 2: 215, yakni menafkahi orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang sedang dalam kesulitan di perjalanan. Ini menunjukkan/ memberikan penekanan supaya kita kita peduli dan mengurus mereka.

3.    Agak berbeda dengan infaq yang cenderung menegaskan sisi TANGGUNG-JAWAB sehingga memasukkan unsur orang tua dan kerabat (QS. 2: 215); maka dalam QS. 9: 60, istilah yang dipakai adalah SEDEKAH (shodaqoh). Ayat ini lebih mengedepankan KEPEDULIAN kepada orang-orang yang TAK BERDAYA, semisal fakir, miskin, budak, banyak utang, muallaf, ibnu sabil, dan amil, dan usaha-usaha perjuangan di jalan Allah.

4.    Istilah ZAKAT memiliki penekanan yang berbeda, yang bermakna MENSUCIKAN (tazkiyah) harta benda kita dari hak-hak orang lain yang ada di dalamnya. Bentuknya mengacu kepada sedekah yang bersifat KEPEDULIAN kepada orang-orang yang membutuhkan. Karena itu, orang tua kita tidak dimasukkan dalam unsur yang berhak menerima.

QS. At Taubah: 103
Ambillah sebagian dari harta mereka, yang dengan SEDEKAH itu kamu membersihkan dan mensucikan (TUZAKKIY) mereka. Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Sebagai catatan kepada kita semua, ketika pengurus mesdjid datang kepada bapak atau ibu untuk mengumpulkan ZIS maka hakekatnya mereka itu sedang melaksanakan perintah Allah untuk membantu proses membersihkan harta dan jiwa bapak ibu sekalian. Maka mudahkanlah mereka.

Demikianlah Islam menjawab persoalan zaman antara lain bagaimana cara mengentaskan kemiskinan. Bila saja umat Islam melaksanakan dan taat pada perintah Allah maka kemiskinan dapat diatasi. Konsep ekonomi Islam tidak mengenal konsentrasi kekayaan pada satu golongan. Tambah kaya tambah memberi kesejahteraan pada sekitar.
Ancaman kepada mereka yang mengumpul-mengumpulkan harta untuk diri sendiri, mereka akan mendapat siksa yg pedih sebagimana digambarkan pada surat At Taubah (9): 34-35
At Taubah QS 9:34. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
QS 9:35. pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".
Harta benda dan kekayaan yg dikumpul-kumpulkan, disimpan untuk diri sendiri, enggan mengeluarkan sebagian rezeki yang telah diterimanya Tidak disedekahkan, tidak diinfaqkan, tidak dinafkahkan ke anak-anak yatim akan menyiksa diri sendiri baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana dijelaskan pada surat At Taubah (9): 55
QS 9:55. Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.
Maka bagi mereka yang enggan berbagi (berzakat, berinfak, bersedekah) berarti menyiksa diri sendiri.
Tentu ada yg bertanya apa sebenarnya yang dimaksud dg "menafkahkan sebagian dari rezeki?"  apa Definisinya?

Al Baqarah QS 2:219-220 . .... Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dari ayat-ayat diatas tadi, jelas bahwa perintah "berbagi" atau menafkahkan sebahagian rezeki yg kita kuasai adalah sebagai tanggung jawab sosial dalam rangka mencegah timbulnya kesenjangan. Untuk tetap menjaga keseimbangan. Agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.

Apa yg mereka berikan, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Satu banding 700. Asalkan tidak mengiringi apa yang dinafkahkan itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan si penerima. Karena Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan perasaan si penerima. Dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian maka menghilangkan (pahala) sedekah. 

Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih tidak bertanah. (2:261-264)
Jadi pemberian kita menjadi tidak mempunyai nilai ibadah disisi Allah bila karena ria dan menyakiti perasaan sipenerima. Tetapi bagi orang-orang yg membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah, mendapat balasan yg berlipat ganda sebagaimana digambarkan dalam surat Al Baqarah (2): 265.
2:265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Apalagi kalau mereka sabar, diberi pahala duakali lipat.
Al Qasas QS 28:54. Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.

Maka itu jangan jadi orang kikir. Kalau kikir sesungguhnya ia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Allah-lah Yang Maha Kaya. Sebenarnya kitalah yg membutuhkanNya. Hal tsb telah diingatkan pada surat Muhammad QS 47:38. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).
Oleh karena itu harta yg anda kuasai, nafkahkanlah sebagian agar memperoleh pahala yang besar. Sebagaimana dijelaskan pada surat:
Al Hadid QS 57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
Oleh karena itu, harta benda dan kekayaan yg dikumpul-kumpulkan, janganlah disimpan untuk diri sendiri, janganlah enggan mengeluarkan sebagian rezeki yang telah diterima. Maka berbagilah agar ada pemerataan. Sebagian dari rezeki yg diberikan Allah untuk disedekahkan, diinfaqkan, dinafkahkan ke jalan yang benar agar tidak menyiksa diri sendiri baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Lalu? Pertanyaannya kepada siapa sajakah nafkah yg kita keluarkan harus diberikan?. Allah memberi petunjuk kepada kita melalui AlQuran surat Al Baqarah (2): 215.

Al Baqarah 2:215. Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada (1) ibu-bapak, (2) kaum kerabat, (3) anak-anak yatim, (4) orang-orang miskin dan (5) orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.

Di ayat yang lain diterangkan kepada siapa zakat hendaknya diberikan.
At Taubah 9:60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk (1) orang-orang fakir, (2) orang-orang miskin, (3) pengurus-pengurus zakat, (4) para muallaf yang dibujuk hatinya, (5) untuk (memerdekakan) budak, (6) orang-orang yang berutang, (7) untuk jalan Allah dan (8) orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Perintah dan petunjukNya sangat jelas dalam Alquran, dapat dipahami, bahasanya jelas dan gamblang. Yang penting implementasi.
Sesungguhnya Allah tidak bermaksud membebani manusia melainkan sesuai dg kesanggupannya. Berbuat baik dibalas dg kebaikan, berbuat jahat dibalas dg kejahatan.
Mari kita tutup kajian ini dengan, mohon ampunan Allah seraya membaca surat Al Baqarah : 286 yang artinya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Redaksi KWKS)

0 komentar:

Posting Komentar