Enggan Berbagi Berarti
Menyiksa Diri
Oleh : Ardiansyah Parman (Ketua KWKS Jabodetabek)
Dibulan ramadhan, dimana Alquran diturunkan. Di bulan yang penuh berkah ini perbanyak membaca AlQuran
dengan berharap pemahaman kita terhadap kandungan Alquran lebih baik dan mendalam.
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
petujuk jalan yang terang agar kita mendapatkan keselamatan di dunia dan di
akhirat.
Sebagai contoh, 4
bulan yang lalu telah kita bagikan dan menempatkan kotak tisu-amal dimeja
kerja para pejabat maka pemasukan dari infaq dan sedekah meningkat dari rata2 Rp
12 juta perbulan menjadi Rp 20 juta perbulan. Dengan demikian kita telah dapat
memberikan bantuan pendidikan berupa bea siswa kepada 50 anak pegawai Kemendag
yang berpenghasilan rendah. SD terima Rp 2 juta, SMP Rp 3 juta, SMA Rp 4 juta
dan Mahasiswa Rp 6 juta. Itu semua hasil dari mengumpulkan INFAQ dan SEDEKAH
dari bapak, ibu sekalian. Selain dari infaq dan sedekah kita juga mengelola
Wakaf Produktif senilaiRp 131 juta yg hasilnya juga untuk dana pendidikan. Karena
keyakinan bahwa dengan pendidikan yang baiklah maka perubahan kehidupan kearah
yang lebih baik akan terjadi di negeri tercinta ini.
Potensinya
kita untuk membantu besar. Bapak Menteri Perdagangan dalam sambutannya ketika
buka bersama 230 anak-anak yatim dan pegawai Kemendag tg 14 Agustus 2012
menyampaikan bahwa jika saja tiga ratus orang atau 10% dari jumlah pegawai
Kemendag menyisihkan dari rezekinya sebesar Rp 50.000 setiap Jum'at maka akan
terkumpul Rp 60 juta perbulan. Dengan demikian kita dapat tingkatkan tiga kali
lipat atau 150 anak miskin yg dapat diberikan bantuan dana pendidikannya.
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.
Pada
kesempatan yang baik ini, ijinkan saya untuk berbagi informasi yaitu:
- Bagaimana mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin. Bagaimana mencegah terjadinya konsentrasi kekayaan berada hanya pada orang-orang atau golongan tertentu. Mengurangi kemiskinan dan menyantuni anak-anak yatim. Bagaimana Islam menjawab persoalan2 seperti itu?.
- Sesungguhnya Peringatan dan petunjuk telah diberikan. Pedoman telah digariskan melalui Alquran, tinggal kita laksanakan secara benar dan konsisten. Sebagaimana dijelaskan diberbagai ayat dalam Alquran bahwa hanya orang-orang yg mau berfikir dan menggunakan akal yg dapat mengambil pelajaran.
Jawabannya adalah ZAKAT, INFAQ dan SEDEKAH dari
mereka-mereka yang dengan ikhlas dan niat hanya karena Allah semata.
Alquran harus menjadi sumber petunjuk dan
inspirasi bagi kehidupan keseharian kita. Jangan hanya sebagai bahan bacaan
tanpa merenungkan isinya. Apalagi hanya sekedar dilagukan dengan indah. Atau,
di waktu yang lain sekedar dijadikan bahan perlombaan khatam membaca Alquran.
Padahal sejak turunnya Alquran, Allah telah
menginformasikan kepada kita bahwa AlQuran adalah petunjuk yang harus
"dibaca" dengan kepahaman. Dengan Alquran itulah Allah mengajari
manusia tentang segala hal yang tidak diketahuinya. Sebagaimana dijelaskan
dalam surat Al Alaq (96): 1-5.
QS al
alaq 96:1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, 96:2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 96:3. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, 96:4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. 96:5.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dan pada surat Al Qiyamah (75): 16-19 diingatkan:
(75):
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak
cepat-cepat (menguasai) nya. 75:17. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 75:18. Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 75:19. Kemudian,
sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.
Jadi kita harus dijadikan Alquran rujukan
utama. Alquran adalah petunjuk dalam menjalani drama kehidupan. Kita akan
menjalani 5 fase kehidupan sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Baqarah : 28.
2:28. Mengapa
kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Kita kembali kepada zakat, infaq dan
sedekah (ZIS). Berikut sedikit gambaran tentang makna Zakat, Infaq dan Shadaqoh.
Sebenarnya perbedaannya hanya terletak pada penekanan makna saja.
- Infaq
bermakna umum: membelanjakan
harta,
- sedekah
lebih khusus:
memberikan kepedulian kepada mereka
yang sedang membutuhkan, sedangkan
- zakat
bermakna 'membersihkan'
harta dari hak orang lain dan 'mensucikan'
jiwa kita dari rasa keduniawiaan yang berlebihan.
1. Infaq berasal dari kata
na-fa-qa yang bermakna : ‘membelanjakan harta’. Jadi, maknanya sangat umum,
bisa berbelanja di jalan Allah (yunfiquuna amwalahum fi sabilillah), bisa juga
untuk keperluan-keperluan lain yang bersifat umum. Infaq yang diniatkan di
jalan Allah akan memperoleh pahala kebaikan berlipatganda, sedangkan infaq yang
sekadar untuk urusan duniawi akan hilang begitu saja. Sebagaimana dijelaskan
oleh ayat-ayat berikut ini.
QS. Al Baqarah: 261
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di JALAN
ALLAH adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah MELIPAT GANDAKAN bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
QS. Ali Imran: 117
Perumpamaan
harta yang mereka nafkahkan di dalam KEHIDUPAN DUNIA ini, adalah seperti
perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman
kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
2. Belanja di jalan Allah itu
diantaranya, seperti yang dijelaskan oleh QS. 2: 215, yakni menafkahi orang
tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang sedang dalam kesulitan
di perjalanan. Ini menunjukkan/ memberikan penekanan supaya kita kita peduli
dan mengurus mereka.
3. Agak berbeda dengan infaq
yang cenderung menegaskan sisi TANGGUNG-JAWAB sehingga memasukkan unsur orang
tua dan kerabat (QS. 2: 215); maka dalam QS. 9: 60, istilah yang dipakai adalah
SEDEKAH (shodaqoh). Ayat ini lebih mengedepankan KEPEDULIAN kepada orang-orang
yang TAK BERDAYA, semisal fakir, miskin, budak, banyak utang, muallaf, ibnu
sabil, dan amil, dan usaha-usaha perjuangan di jalan Allah.
4. Istilah ZAKAT memiliki
penekanan yang berbeda, yang bermakna MENSUCIKAN (tazkiyah) harta benda kita
dari hak-hak orang lain yang ada di dalamnya. Bentuknya mengacu kepada sedekah
yang bersifat KEPEDULIAN kepada orang-orang yang membutuhkan. Karena itu, orang
tua kita tidak dimasukkan dalam unsur yang berhak menerima.
QS. At Taubah: 103
Ambillah
sebagian dari harta mereka, yang dengan SEDEKAH itu kamu membersihkan dan
mensucikan (TUZAKKIY) mereka. Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Sebagai catatan kepada kita semua, ketika
pengurus mesdjid datang kepada bapak atau ibu untuk mengumpulkan ZIS maka
hakekatnya mereka itu sedang melaksanakan perintah Allah untuk membantu proses
membersihkan harta dan jiwa bapak ibu sekalian. Maka mudahkanlah mereka.
Demikianlah Islam menjawab persoalan zaman
antara lain bagaimana cara mengentaskan kemiskinan. Bila saja umat Islam
melaksanakan dan taat pada perintah Allah maka kemiskinan dapat diatasi. Konsep
ekonomi Islam tidak mengenal konsentrasi kekayaan pada satu golongan. Tambah
kaya tambah memberi kesejahteraan pada sekitar.
Ancaman kepada mereka yang
mengumpul-mengumpulkan harta untuk diri sendiri, mereka akan mendapat siksa yg
pedih sebagimana digambarkan pada surat At Taubah (9): 34-35
At Taubah QS 9:34. Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib
Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih,
QS 9:35. pada hari dipanaskan emas perak itu dalam
neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu".
Harta
benda dan kekayaan yg dikumpul-kumpulkan, disimpan untuk diri sendiri, enggan
mengeluarkan sebagian rezeki yang telah diterimanya Tidak disedekahkan, tidak diinfaqkan,
tidak dinafkahkan ke anak-anak yatim akan menyiksa diri sendiri baik di dunia
maupun di akhirat. Sebagaimana dijelaskan pada surat At Taubah (9): 55
QS 9:55. Maka janganlah harta benda dan anak-anak
mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta
benda dan anak-anak itu untuk menyiksa
mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka,
sedang mereka dalam keadaan kafir.
Maka
bagi mereka yang enggan berbagi (berzakat, berinfak, bersedekah) berarti
menyiksa diri sendiri.
Tentu
ada yg bertanya apa sebenarnya yang dimaksud dg "menafkahkan sebagian dari
rezeki?" apa Definisinya?
Al Baqarah QS 2:219-220
. .... Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir tentang dunia dan
akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah:
"Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli
mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat
kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya
Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Dari
ayat-ayat diatas tadi, jelas bahwa perintah "berbagi" atau
menafkahkan sebahagian rezeki yg kita kuasai adalah sebagai tanggung jawab
sosial dalam rangka mencegah timbulnya kesenjangan. Untuk tetap menjaga
keseimbangan. Agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
Apa yg mereka berikan, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. Satu banding 700. Asalkan tidak mengiringi apa yang dinafkahkan itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan si penerima. Karena Perkataan
yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan perasaan si penerima. Dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti perasaan si penerima karena ria
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian maka menghilangkan (pahala) sedekah.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih tidak bertanah. (2:261-264)
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih tidak bertanah. (2:261-264)
Jadi pemberian kita menjadi tidak mempunyai
nilai ibadah disisi Allah bila karena ria dan menyakiti perasaan sipenerima.
Tetapi bagi orang-orang yg membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah,
mendapat balasan yg berlipat ganda sebagaimana digambarkan dalam surat Al
Baqarah (2): 265.
2:265. Dan
perumpamaan orang-orang yang membelanjakan
hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka,
seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat
tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat.
Apalagi
kalau mereka sabar, diberi pahala duakali lipat.
Al Qasas QS 28:54. Mereka itu diberi pahala dua kali
disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan
sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.
Maka
itu jangan jadi orang kikir. Kalau kikir sesungguhnya ia hanyalah kikir
terhadap dirinya sendiri. Allah-lah Yang Maha Kaya. Sebenarnya kitalah yg
membutuhkanNya. Hal tsb telah diingatkan pada surat Muhammad QS 47:38. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah.
Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia
hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan
kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia
akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu
(ini).
Oleh
karena itu harta yg anda kuasai, nafkahkanlah sebagian agar memperoleh pahala
yang besar. Sebagaimana dijelaskan pada surat:
Al Hadid QS 57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.
Oleh
karena itu, harta benda dan kekayaan yg dikumpul-kumpulkan, janganlah disimpan
untuk diri sendiri, janganlah enggan mengeluarkan sebagian rezeki yang telah
diterima. Maka berbagilah agar ada pemerataan. Sebagian dari rezeki yg
diberikan Allah untuk disedekahkan, diinfaqkan, dinafkahkan ke jalan yang benar
agar tidak menyiksa diri sendiri baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Lalu?
Pertanyaannya kepada siapa sajakah nafkah yg kita keluarkan harus diberikan?. Allah
memberi petunjuk kepada kita melalui AlQuran surat Al Baqarah (2): 215.
Al Baqarah 2:215.
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada (1) ibu-bapak, (2) kaum kerabat, (3) anak-anak yatim, (4) orang-orang
miskin dan (5) orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja
kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.
Di ayat yang
lain diterangkan kepada siapa zakat hendaknya diberikan.
At
Taubah 9:60. Sesungguhnya zakat-zakat
itu, hanyalah untuk (1) orang-orang
fakir, (2) orang-orang miskin, (3) pengurus-pengurus zakat, (4) para muallaf
yang dibujuk hatinya, (5) untuk (memerdekakan) budak, (6) orang-orang yang
berutang, (7) untuk jalan Allah dan (8) orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Perintah
dan petunjukNya sangat jelas dalam Alquran, dapat dipahami, bahasanya jelas dan
gamblang. Yang penting implementasi.
Sesungguhnya
Allah tidak bermaksud membebani manusia melainkan sesuai dg kesanggupannya. Berbuat
baik dibalas dg kebaikan, berbuat jahat dibalas dg kejahatan.
Mari
kita tutup kajian ini dengan, mohon ampunan Allah seraya membaca surat Al
Baqarah : 286 yang artinya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami;
dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir". (Redaksi KWKS)
0 komentar:
Posting Komentar