Rabu, 08 Agustus 2012

OPINI : TOLL LAUT SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN KALIMANTAN


Ardiansyah Parman
Data menunjukan Kalsel memiliki tantangan berat bila tanpa kearifan. Tingkat kematian bayi lebih tinggi dibanding Kalimantan lainnya (30/1000), rata-rata SMP kelas 2, umur rata-rata 70 tahun. Tanpa terobosan dan semangat not business as usual sulit mencapai percepatan dan perluasan pembangunan di Kalimantan. 

Sulit diabayangkan bila pola atau sistem pemilihan langsung Bupati, Walikota dan Gubernur dan juga Wakil Rakyat harus terpaksa menggunakan biaya yang besar (min Rp 10 M per calon). Bagaimana mereka yang terpilih dalam 5 tahun harus konsentrasi membangun negeri/banua, kalau sebelumnya telah banyak dibantu atau hutang budi pada orang-orang yg tentunya berharap mendapat kembali apa yg telah dikeluarkannya?.  Rp 10 M dibagi 5 tahun = Rp 2 M pertahun.

Gajih dan fasilitas yg diterima beliau-beliau selama 5 tahun lebih kecil dari itu. Lalu bagaimana bayarnya kalau terhutang Rp 10 M seperti itu. Lalu kira-kira kebijakan dan langkah apa yg diambil untuk pengembalian modal yangg besar tersebut. Sistem pemilihan yang berdampak pada biaya tinggi perlu ditinjau kembali.

Allah sangat sayang kepada Indonesia. 77% dari luas NKRI adalah laut. Allah telah ciptakan jalan raya laut tanpa hambatan (jalan toll laut) sebagai backbone sepanjang lebih dari 100 ribu km yg mengubungkan pusat-pusat kota pinggir pantai atau pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Jalan laut sudah siap, Pemerintah cukup mengarahkan agar di bangun pelabuhan sebagai pintu toll (tidak perlu aktivitas bongkar muat), kapal Ro Ro/Ferry - buatan dalam negeri bermuatan truk+muatan sebagai jalan toll bergerak dari satu pintu toll laut ke pintu toll laut lainya seluruh Indonesia. 
Jalan Nasional (diluar jalan Propinsi dan Kabupaten/Kota) yg telah terbangun baru mencapai 38.500 km.

Backbone toll laut jarak jauh sudah tersedia seperti Singkawang - Pontianak - Ketapang- Kumai-- Pangkalanbun-- Sampit --Samuda Sampit-- Pagatan-- Kapuas-- Banjarmasin - Batu Licin/Kotabaru, - Balikpapan - Samarinda- Bontang -- Sangkulirang--Tanjungbatu Tanjungredeb-- Tarakan.

Dari Kalimantan menyeberang ke pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi sudah ada jalan toll laut. Pemerintah dan atau swasta ataupun Public Private Partnership (PPP) tidak usah membebaskan lahan untuk bangun jalan. Biaya buat jalan per km mencapai Rp 10-25M, dengan biaya yang besar dan sering tidak terselesaikan dengan baik. Dengan angkutan laut, multi modal hemat bahan bakar (ingat pada akhirnya BBM tanpa subsidi) - hanya perlu bahan bakar untuk kapal, truk dan muatan berhenti diatas kapal (tidak gunakan bahan bakar) yg sesungguhnya bergerak menuju tujuan. Jadi sisanya PPP membangun Pintu Toll Laut (pelabuhan tanpa aktivitas bongkar muat, low cost) bangun jalan-jalan Kabupaten yg lebar 7 meter, kiri dan kanan masing-masing 3 meter yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lokal berjarak antar pusat tersebut dibawah 80 km dan terhubung dengan Pintu Toll laut (Pelabuhan); pengadaan kapal Ro Ro buatan dalam negeri; truk buatan dalam negeri (tidak perlu truk besar-besar  impor yang merusak jalan karena kelebihan muatan). Semuanya dalam rangka menggerakkan ekonomi domestik, penguatan dan daya saing perdagangan dalam negeri, kedaulatan dan pengamanan NKRI.

Nilai aset berupa jalan laut bebas hambatan tersebut belum pernah dihitung dan masuk sebagai BMN (barang milik negara=kekayaan negara) yang nilainya tidak kurang dari 100.000km x Rp. 10 - 25M = Rp 2000 Triliyun (2 kali lipat APBN). Jangan mencontoh AS, Australia dan Negara lainnya yang merupakan negara daratan sehingga tidak ada pilihan kecuali mereka harus membangun backbone jalan raya darat dan rel kereta api untuk angkutan jarak jarak jauh dan sedang untuk masuk ke bagian dalam wilayahnya. Indonesia sangat berbeda (mempertimbangkan geo-strategis, geo-ekonomi, geo-ekologi dan geo-politik saat ini dan ke masa depan).  Allah telah sediakan bagi Indonesia jalan laut bebas tonase dan bebas hambatan. Indonesia untuk masuk kewilayah dalam NKRI  jalan telah disediakan oleh Allah. Nikmat Allah manalagi yang tidak kita syukuri.

Kami ingin mendiskusikan hal diatas, dan meletakan Kalsel dalam prespektif yang luas untuk mencari jalan bagaimana mewujudkannya dengan action lokal pada contect NKRI. Negara kita negara maritim dg kekayaan laut yg berlimpah. Jangan berorientasi pada daratan saja yg luasnya hanya 23% dari luas NKRI kalau Indonesia ingin mencapai kemakmuran.
NKRI negara kepulauan, negara MARITIM
  1. terdiri dari 17.508 pulau, terbentang dari Barat ke Timur sepanjang 5200 Km dan lebar 1900 Km Utara Selatan, dengan luas 7.947.113 Km2 dengan luas daratan 1.826.440 Km2 dan laut seluas 6.120.673 Km2 (77%). Garis pantai kita sepanjang 84.716 Km dengan 3 waktu GMT +7, +8, dan +9.
  2. Kenyatannya Indonesia mempunyai lebih banyak akses terhadap jalur lalu lintas perdagangan dunia (SLOC Selat Malaka, ALKI 1, ALKI 2, dan ALKI 3). Juga geo-ekonomi dan geo-climate Indonesia bukan bandingan Malaysia dan Singapura. Indonesia dalam MP3EI menyatakan kesejatiannya diri sebagai ketahanan pangan dunia, pusat berbagai sumber daya mineral dan non mineral, sekaligus pusat mobilitas logistik global. Menjadi ekonomi 6 besar dunia bukan sekedar harapan, namun sudah menjadi kesejatian yang inevitable.
  3. Apakah Indonesia tidak mengambil pelajaran daripadanya? Mengandalkan hanya kepada transportasi darat dan fokus di P Jawa adalah melemahkan NKRI, melemahkan daya saing barang yang diperdagangkan dan melemahkan sistem keamanan dan kedaulatan RI?.

Tidak dapat menjadi pelajaran, kecuali hanya orang-orang yang berakal dan menggunakannya dengan arief dan bijaksana. Berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. Jangan merajalela membuat kerusakan di muka bumi. Jadilah khalifah di bumi - menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Selamat idul fitri 1433H, mohon maaf lahir batin.
Wasalam

Ardiansyah Parman (Ketua KWKS Jabodetabek)

0 komentar:

Posting Komentar