(Media on line KWKS),
Jakarta. Persoalan kemiskinan sudah menggurita di seluruh tanah air. Data sudah
banyak disajikan oleh lembaga-lembaga pemerintah untuk menunjukkan tingkat
kemiskinan dan berapa pendapatan masyarakat. Strategi dan pola penanggulangan
kemiskinan pun di buat dari tahun-ketahun oleh pemerintah. Namun, kenyataannya
ditingkat bawah, masyarakat yang merasakan dampak dari korban modernisasi
sangat menjerit, tak berdaya dan hampir prustasi menghadapi kenyataan hidup.
Setiap hari, tanyangan
televisi swasta dan mass media menyampaikan berita-berita tentang realita kehidupan dimasyarakat. Ada akibat kurangnya
penghasilan untuk menghidupi ekonomi keluarga, seorang ibu rumah tangga gantung
diri sebelum membunuh ketiga anaknya. Yang lebih mengerikan lagi, seorang ayah
membakar hidup-hidup anak istrinya
karena prustasi hidup akibat di PHK oleh perusahaannya.
Fonemena ini, setiap saat
dihadirkan dalam berita kepada masyarakat Indonesia. Namun, rasa empati dan keperdulian
para aparat serta elit politik di negara yang kaya ini, belum menunjukkan action yang positif. Yang muncul hanya
retorika pemberantasan kemiskinan, korupsi, mafia peradilan dan lain sebagainya
sebagai lips service untuk mempertahankan
kekuasaan.
Di Kalimantan Selatan,
persoalan kemiskinan juga menjadi persoalan yang sangat mendasar. Hal ini
menjadi salah satu tuntutan masyarakat Kalimantan yang meminta kepada
pemerintah untuk diselesaikan secara cepat. Pengangguran, SDM yang kurang
terampil dan kurangnya lapangan kerja adalah bagian yang harus diproritaskan
untuk diselesaikan.
Menyikapi hal tersebut,
seorang Ardiansyah Parman Ketua KWKS Jabodetabek yang juga Sekjen Kementerian
Perdagangan RI memberikan pencerahan kepada masyarakat Banua, bagaimana mencari
jalan keluarnya dan apa saja yang harus dikerjakan. Demikian kutipan, pemikiran
Ardiansyah Parman yang dikirimkan lewat email kepada Redaksi KWKS On Line.
Data makro 2010 Kalimantan,
penduduk Kalimantan 13.772.543 orang, PDRB USD 52,10 Miliar, income
percapita USD 3783. Jadi pendapatan perhari rata-rata USD 3783:366 hari =
USD 10.
Kalau di tahun 2014 income
percapita dinaikan jadi USD 4700:366 = USD 13 perhari, penduduk Kalimantan
saat itu diperkirakan 15.275.872 orang, maka kita perlu bangkitkan ekonomi sehingga
PDRB Kalimantan minimal USD 71,83 Miliar.
Pertanyaannya adalah
untuk menambah PDRB sebesar USD 20 Miliar atau naik sekitar 40% tersebut selama
dua tahun proyek/investasi apa, sektor apa, dimana. Apa strateginya untuk
menarik investasi, pelayanan harus prima, orang lain itu lebih penting. Bukan
diri kita yg penting.
Kita telah tahu pertumbuhan
ekonomi Kalimantan hanya di bawah 8%. Bayangkan menaikkan pendapatan dari USD
10 ke USD 13 perhari maka ekonomi Kalimantan harus tumbuh di atas 15% pertahun.
Membangun pabrik perlu waktu
minimal 2 tahun. Kalau begitu kegiatan ekonomi apa yg harus ditingkatkan
kapasitas produksinya sehingga dalam 2 tahun dapat menghasilkan tambahan PDRB USD
20 Miliar.
Bagaimana pertumbuhan ekonomi lebih berkualitas dalam arti bagaimana caranya orang miskin dapat kebagian pendapatan USD 13 perhari tersebut. Tidak usah USD 13 perhari, orang miskin di Banjar punya pendapatan USD 5 perhari atau Rp 50 ribu perhari saja sudah hebat. Lalu apa yg dilakukan Pemda untuk mewujudkan itu?.
Apa sumbangan pemikiran besar kita, dengan langkah kecil kita dan mulai dikerjakan hari ini. Itulah tantangannya. Harus berbuat, implementasi, implementasi dan implementasi. tidak bisa hanya rapat dan rapat lagi. Bapandir dan bapandiran lagi (bicara lagi dan bicara lagi, Red). Action, action, walau kecil dan jangan berhenti mulailah dari sekarang. Ayo kita mulai langkah kecil tapi impiannya besar. Big dream, action, now.
Usul ke salah satu Bupati, mulai dari desa paling miskin. Di data, beri sentuhan kegiatan yang melibatkan penduduk setempat sebagai pelaku. Ambilkan dana CSR nya Perusahaan batubara untuk stimulus. Lakukan transparan dan akuntabel. Evaluasi, buat bisnis modelnya dan replikasi ke desa lainnya. Teorinya mudah. Tapi implementasinya perlu dibuktikan.
Kita baru saja memperingati
hari kebangkitan nasional. Bila kita buka sejarah kebangkitan para pemuda
pemudi di th 1908, mereka tidak mencari dan menyalahkan siapa-siapa, mereka
bangkit berbuat memikirkan nasib bangsanya. 20 tahun kemudian tahun 1928 pemuda
pemudi bangkit lagi dan berbuat nyata (Budi Utomo) menggerakan pendidikan dan tdk
mencari siapa yg salah, mereka berbuat.
Lebih kurang 20 tahun kemudian pemuda
pemudi itu bangkit lagi demi bangsanya dan di tahun 1945 menyatakan
kemerdekaannya, mengisinya dan mengamankannya. Mereka berjuang, mereka
berbuat untuk bangsanya.
Mari kita bangkit di 20 tahun
ke-5 atau 100 tahun kebangkitan pemuda indonesia. Berbuat, mengerjakan apa yg
harus dilakukan seperti mereka melakukan demi bangsanya. Jangan banyak bicara
apalagi sibuk mencari kesalahan orang lain dan sibuk mencari siapa yg
disalahkan. (Redaksi KWKS)
0 komentar:
Posting Komentar