Kamis, 24 Mei 2012

MEMBERANTAS KEMISKINAN


(Media on line KWKS), Jakarta. Persoalan kemiskinan sudah menggurita di seluruh tanah air. Data sudah banyak disajikan oleh lembaga-lembaga pemerintah untuk menunjukkan tingkat kemiskinan dan berapa pendapatan masyarakat. Strategi dan pola penanggulangan kemiskinan pun di buat dari tahun-ketahun oleh pemerintah. Namun, kenyataannya ditingkat bawah, masyarakat yang merasakan dampak dari korban modernisasi sangat menjerit, tak berdaya dan hampir prustasi menghadapi kenyataan hidup.

Setiap hari, tanyangan televisi swasta dan mass media menyampaikan berita-berita tentang realita  kehidupan dimasyarakat. Ada akibat kurangnya penghasilan untuk menghidupi ekonomi keluarga, seorang ibu rumah tangga gantung diri sebelum membunuh ketiga anaknya. Yang lebih mengerikan lagi, seorang ayah membakar hidup-hidup anak  istrinya karena prustasi hidup akibat di PHK oleh perusahaannya.

Fonemena ini, setiap saat dihadirkan dalam berita kepada masyarakat Indonesia. Namun, rasa empati dan keperdulian para aparat serta elit politik di negara yang kaya ini, belum menunjukkan action yang positif. Yang muncul hanya retorika pemberantasan kemiskinan, korupsi, mafia peradilan dan lain sebagainya sebagai lips service untuk mempertahankan kekuasaan.

Di Kalimantan Selatan, persoalan kemiskinan juga menjadi persoalan yang sangat mendasar. Hal ini menjadi salah satu tuntutan masyarakat Kalimantan yang meminta kepada pemerintah untuk diselesaikan secara cepat. Pengangguran, SDM yang kurang terampil dan kurangnya lapangan kerja adalah bagian yang harus diproritaskan untuk diselesaikan.

Menyikapi hal tersebut, seorang Ardiansyah Parman Ketua KWKS Jabodetabek yang juga Sekjen Kementerian Perdagangan RI memberikan pencerahan kepada masyarakat Banua, bagaimana mencari jalan keluarnya dan apa saja yang harus dikerjakan. Demikian kutipan, pemikiran Ardiansyah Parman yang dikirimkan lewat email kepada Redaksi KWKS On Line.

Data makro 2010 Kalimantan, penduduk Kalimantan 13.772.543 orang, PDRB USD  52,10 Miliar, income percapita USD 3783.  Jadi pendapatan perhari rata-rata USD 3783:366 hari = USD 10.

Kalau di tahun 2014 income percapita  dinaikan jadi USD 4700:366 = USD 13 perhari,  penduduk Kalimantan saat itu diperkirakan 15.275.872 orang, maka kita perlu bangkitkan ekonomi sehingga PDRB Kalimantan minimal USD 71,83 Miliar.

Pertanyaannya adalah  untuk menambah PDRB sebesar USD 20 Miliar atau naik sekitar 40% tersebut selama dua tahun proyek/investasi apa, sektor apa, dimana. Apa strateginya untuk menarik investasi, pelayanan harus prima, orang lain itu lebih penting. Bukan diri kita yg penting.

Kita telah tahu pertumbuhan ekonomi Kalimantan hanya di bawah 8%. Bayangkan menaikkan pendapatan dari USD 10 ke USD 13 perhari maka ekonomi Kalimantan harus tumbuh di atas 15% pertahun.

Membangun pabrik perlu waktu minimal 2 tahun. Kalau begitu kegiatan ekonomi apa yg harus ditingkatkan kapasitas produksinya sehingga dalam 2 tahun dapat menghasilkan tambahan PDRB USD 20 Miliar.

Bagaimana pertumbuhan ekonomi lebih berkualitas dalam arti bagaimana caranya orang miskin dapat kebagian pendapatan USD 13 perhari tersebut. Tidak usah USD 13 perhari, orang miskin di Banjar punya pendapatan USD 5 perhari atau Rp 50 ribu perhari saja sudah hebat. Lalu apa yg  dilakukan Pemda untuk mewujudkan itu?. 

Apa sumbangan pemikiran besar kita, dengan langkah kecil kita dan mulai dikerjakan hari ini. Itulah tantangannya. Harus berbuat, implementasi, implementasi dan implementasi. tidak bisa hanya rapat dan rapat lagi. Bapandir dan bapandiran lagi (bicara lagi dan bicara lagi, Red). Action, action, walau kecil dan jangan berhenti mulailah dari  sekarang. Ayo kita mulai langkah kecil tapi impiannya besar. Big dream, action, now.

Usul ke salah satu Bupati, mulai dari desa paling miskin. Di data,  beri sentuhan kegiatan yang melibatkan penduduk setempat sebagai pelaku. Ambilkan dana CSR nya Perusahaan batubara untuk stimulus. Lakukan transparan dan akuntabel. Evaluasi, buat bisnis modelnya dan replikasi ke desa lainnya. Teorinya mudah. Tapi implementasinya perlu dibuktikan.

Kita baru saja memperingati hari kebangkitan nasional. Bila kita  buka sejarah kebangkitan para pemuda pemudi di th 1908, mereka tidak mencari dan menyalahkan siapa-siapa, mereka bangkit berbuat memikirkan nasib bangsanya. 20 tahun kemudian tahun 1928 pemuda pemudi bangkit lagi dan berbuat nyata (Budi Utomo) menggerakan pendidikan dan tdk mencari siapa yg salah, mereka berbuat. 

Lebih kurang 20 tahun kemudian pemuda pemudi itu  bangkit lagi demi bangsanya dan di tahun 1945 menyatakan kemerdekaannya, mengisinya dan  mengamankannya. Mereka berjuang, mereka berbuat untuk bangsanya.

Mari kita bangkit di 20 tahun ke-5 atau 100 tahun kebangkitan pemuda indonesia. Berbuat, mengerjakan apa yg harus dilakukan seperti mereka melakukan demi bangsanya. Jangan banyak bicara apalagi sibuk mencari kesalahan orang lain dan sibuk mencari siapa yg disalahkan. (Redaksi KWKS)

0 komentar:

Posting Komentar