Kamis, 17 Mei 2012

OPINI : REFLEKSI UNTUK PEMBANGUNAN KALSEL


Bangsa yang besar pasti akan menghargai jasa-jasa para pahlawannya…
Belajarlah dari sejarah dan jangan pernah sekalipun melupakan sejarah…
Untuk menyongsong masa depan yang lebih baik…



Tepat tanggal 17 Mei kemarin merupakan hari dan tanggal yang sangat bersejarah bagi masyarakat di Kalimantan Selatan. Namun kiranya masyarakat Kalimantan Selatan sendiri menyadari makna yang terkandung dalam tanggal 17 Mei tersebut, atau hanya dilewati sebagaimana hari-hari biasa saja?. Sebagai suatu bangsa yang besar, setiap rentetan peristiwa sejarah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi kehidupan bangsa yang bersangkutan, apalagi peristiwa sejarah tersebut merupakan suatu alur terpenting yang menentukan bagi nasib dan masa depan bangsanya. Dengan demikian sejatinya setiap peristiwa sejarah itu harus menjadi tonggak kehidupan yang mampu dan berpotensi memberikan inspirasi dan semangat patriotisme yang lebih besar untuk generasi yang akan datang kelak.

Dalam tulisan ini saya tidak akan menjelaskan secara mendetail mengenai timbulnya proklamasi 17 Mei 1949 ini , namun saya akan lebih mengedepankan pada aspek kekiniannya untuk dijadikan sebagai bahan renungan bagi masyarakat Kalimantan Selatan dan hendaknya dapat mengambil makna yang terkandung didalamnya sebagai contoh aplikasi untuk diterapkan pada setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air.

Proklamasi 17 Mei 1949 merupakan suatu usaha mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945) oleh rakyat di Kalimantan Selatan, yang menyatakan bahwa wilayah Kalimantan Selatan merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan itu pada kenyataannya tidaklah mudah, karena para pejuang harus melewati serangkaian perjuangan fisik dalam kurun waktu tahun 1945-1949, yang dirasakan sangat berat karena para pejuang dihadapkan untuk melawan pemerintah kolonial Belanda yang sangat kuat. Hati kita mungkin akan tergugah oleh semangat pantang menyerah yang dikobarkan oleh para pejuang, terlebih-lebih mereka harus meninggalkan keluarga tercinta, bapak-ibunya, saudara-saudaranya maupun isteri dan anak-anaknya, serta dari sisi pengorbanan tenaga, waktu dan pikiran bahkan taruhan nyawa sekalipun, untuk dapat memperjuangkan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan dan terbebas dari belenggu penjajahan baik secara lahir maupun batin.

Eksistensi ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan

Usaha untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan memproklamirkan proklamasi 17 Mei 1949 ini di Kalimantan Selatan, tidak dapat terlepas dari peranan kesatuan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan sebagai wadah untuk mempersatukan gerakan perjuangan rakyat di Kalimantan Selatan untuk melawan pemerintah kolonial NICA-Belanda. ALRI Divisi IV Kalimantan bahu-membahu bersama gerakan kepemudaan dan laskar-laskar lainnya untuk mengusir agresor kolonial Belanda ini dari bumi Antasari. Bertindak selaku komandan Batalion ALRI Divisi IV Kalimantan adalah Hassan Basry, yang nantinya merupakan salah seorang tokoh yang sangat disegani dalam memimpin revolusi fisik di Kalimantan Selatan, dan beliau juga salah seorang tokoh yang ikut berperan dalam terlaksananya proklamasi 17 Mei 1949. Beliau kemudian diberikan penghagaan sebagai Bapak Gerilya Kalimantan atas jasa-jasanya dalam memeperjuangkan kemerdekaan Kalimantan Selatan.

Walaupun pada tanggal 17 Agusutus 1945 rakyat Indonesia menyatakan merdeka, namun kiranya belum sepenuhnya bangsa ini merdeka. Bahkan oleh seorang Belanda yang bernama Van Mook berhasil membentuk beberapa negara boneka. Pemerintah Belanda didalam persetujuan Linggarjati hanya mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia yang melingkupi wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera. Namun pemerintah NICA-Belanda melanggar perjanjian Linggarjati tersebut. Begitu pun juga dengan perjanjian Renville, pemerintah NICA-Belanda dengan terang-terangan melanggar perjanjian tersebut dengan melakukan suatu agresi militer (agresi militer I dan II), bahkan perjanjian Roem-Roeyen pun tidak membawa pengaruh yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia.

Situasi yang demikian tersebut juga tidak luput dari amatan rakyat di Kalimantan Selatan. Akibat perjanjian Linggarjati wilayah Kalimantan Selatan bukan merupakan bagian wilayah Republik Indonesia, sehingga nantinya dengan leluasa pemerintah NICA-Belanda dapat menguasai Kalimantan Selatan. Atas dasar tersebut rakyat membrikan reaksi keras menentang kehadiran pemerintah NICA-Belanda di Kalimantan Selatan, dengan semangat yang tinggi mereka melakukan perlawanan dan pemberontakan di berbagai daerah. Puncak dari buah perjuangan rakyat di Kalimantan Selatan dalam mengusir pemerintah NICA-Belanda menorehkan satu goresan sejarah baru bagi bangsa Indonesia, yakni pernyataan merdeka dan menetapkan bahwa Kalimntan Selatan merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam sebuah proklamasi kemerdekaan. Peristiwa bersejarah ini tepatnya terjadi pada tanggal 17 Mei 1949 dalam sebuah upacara di daerah Mandapai (Kandangan), teks proklamasi sendiri dibacakan oleh Hassan Basry yang berkedudukan sebagai Gubernur Tentara dan kepala pemerintahan saat itu.

Perjuangan rakyat Kalimantan Selatan tidak serta merta berhenti setelah pernyataan proklamasi. Berbagai pergolakan-pergolakan dari rakyat di daerah-daerah terus membara untuk mengusir pemerintah NICA-Belanda di bumi Antasari ini. Pemerintah NICA-Belanda akhirnya kemudian mengusulkan untuk melakukan gencatan senjata (cease fire), akibat tekanan yang bertubi-tubi dan pantang menyerah dari para pejuang untuk melawan agresor pemerintah kolonial NICA-Belanda. Puncak dari cease fire ini ketika diadakannya pertemuan bersejarah di sebuah desa kecil yang bernama Munggu Raya (Kandangan). Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk penghentian permusuhan kepada pihak Belanda. Kemudian pada tanggal 1 November 1949 ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dilikwidir menjadi Kesatuan Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat dengan panglimanya Letkol Hassan Basry.

Refleksi untuk membangun Kal-Sel

Dari paparan singkat diatas kita dapat mengetahui bagaimana para pejuang maupun rakyat Kalimantan Selatan berjuang tanpa lelah dan henti untuk mengusir para penjajah di Banua ini. Air mata, darah, bahkan nyawa, mereka korbankan untuk melawan keberadaan bangsa asing untuk menjajah kembali. Pahit getirnya perjuangan tersebut memperoleh hasilnya dengan diproklamirkannya proklamasi 17 Mei 1949, yang merupakan suatu bentuk pernyataan fundamental rakyat di Kalimantan Selatan, bahwa Kalimantan Selatan merupakan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan secara mutlak menyatakan menentang praktek-praktek kolonialisme di bumi Antasari.

Hendaknya bagi rakyat Kalimantan Selatan saat ini yang menikmati buah dari kemerdekaan, meneladani apa-apa yang telah di lakukan oleh para pejuang, yang dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan. Memperoleh kemerdekaan tidak semudah yang kita bayangkan, karena melalui serangkaian revolusi fisik yang sangat berat dan penuh dengan pengorbanan. Saatnya sekarang rakyat Kalimantan Selatan merenungkan diri dari pengalaman historis proklamasi 17 Mei 1949 ini. Jadi bukan hanya diperingati setiap tahunnya, melainkan di refleksikan dengan tindakan nyata untuk membangun Banua ini kearah yang lebih baik. Kepada pemimpin di daerah ini diharapkan dengan sungguh-sungguh dapat melaksanakan pembangunan Kalimantan Selatan sutuhnya, dan bukan hanya untuk kepentingan pribadinya sendiri saja agar tercapai pembangunan yang adil dan merata.

Kiranya bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa-jasa pahlawannya, oleh karena itulah hendaknya agar masyarakat Kalimantan Selatan tidak melupakan para pejuang yang berjuang dan brkorban untuk memperoleh kemerdekaan bagi Banua ini. Pemerintah daerah hendaknya dapat memperhatikan masa depan para veteran perang, dengan memberikan santunan kepada mereka atas jasa-jasanya selama ini sehingga masa tua mereka dapat terjamin dengan baik. Sebagai orang yang hidup di bumi Kalimantan Selatan, saya mempertanyakan mengapa Proklamasi 17 Mei 1949 yang merupakan peristiwa bersejarah ini sangat sedikit bahkan hampir tidak ada dikemukakan oleh penerbit-penerbit buku teks sejarah nasional khususnya bagi tingkat persekolahan. 

Padahal tidak sedikit sumbangsih rakyat Kalimantan Selatan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia. Namun terlepas dari semua itu hendaknya kita dapat mensyukuri nikmat kemerdekaan yang sekarang ini telah kita rasakan, khususnya bagi generasi muda kiranya dapat mengambil contoh dari para orang-orang terdahulu kita yang berjuang dengan semangat pantang menyerah yang tinggi dan tanpa mengenal lelah memperjuangkan kemerdekaan bagi kita semua, serta berusaha membangun bangsa dan negara ini kearah yang lebih baik dan berdaya saing di dalam perkembangan global dewasa ini. MERDEKA!!!Tulisan ini di dedikasikan untuk menghormati jasa-jasa pahlawan Proklamasi 17 Mei 1949…



OLEH : M. RIZKY AD’HA (MAHASISWA FKIP UNLAM PRODI PENDIDIKAN SEJARAH)

0 komentar:

Posting Komentar